Epidemologi
Herpes zoster ditularkan antarmanusia melalui kontak langsung, salah satunya adalah transmisi melalui pernapasan sehingga virus tersebut dapat menjadi epidemik di antara inang yang rentan. Resiko terjangkit herpes zoster terkait dengan pertambahan usia. Hal ini berkaitan adanya immunosenescence, yaitu penurunan sistem imun secara bertahap sebagai bagian dari proses penuaan. Selain itu, hal ini juga terkait dengan penurunan jumlah sel yang terkait dalam imunitas melawan virus varicella-zoster pada usia tertentu. Penderita imunosupresi, seperti pasien HIV/AIDS yang mengalami penurunan CD4 sel-T, akan berpeluang lebih besar menderita herpes zoster sebagai bagian dari infeksi oportunistik.
Gejala
Hari 1 | Hari 2 | Hari 5 | Hari 6 |
---|---|---|---|
Pada awal gejala herpes, pasien akan menderita rasa sakit
seperti terbakar dan kulit menjadi sensitif selama beberapa hari hingga
satu minggu. Penyebab terjadinya rasa sakit yang akut tersebut sulit
dideteksi apabila ruam (bintil merah pada kulit) belum muncul. Ruam
shingles mulai muncul dari lepuhan (blister) kecil di atas dasar
kulit merah dengan lepuhan lainnya terus muncul dalam 3-5 hari. Lepuhan
atau bintil merah akan timbul mengikuti saraf dari sumsum tulang
belakang dan membentuk pola seperti pita pada area kulit. Penyebaran
bintil-bintil tersebut menyerupai sinar (ray-like) yang disebut
pola dermatomal. Bintil akan muncul di seluruh atau hanya sebagian jalur
saraf yang terkait. Biasanya, hanya satu saraf yang terlibat, namun di
beberapa kasus bisa jadi lebih dari satu saraf ikut terlibat. Bintil
atau lepuh akan pecah dan berair, kemudian daerah sekitarnya akan
mengeras dan mulai sembuh. Gejala tersebut akan terjadi dalam selama 3-4
minggu. Pada sebagian kecil kasus, ruam tidak muncul tetapi hanya ada
rasa sakit.
Deteksi
Untuk mendeteksi penyakit herpes zoster, dapat dilakukan beberapa macam tes, yaitu;
Kultur virus
Cairan dari unilepuh yang baru pecah dapat diambil dan dimasukkan ke
dalam media virus untuk segera dianalisa di laboratorium virologi.
Apabila waktu pengiriman cukup lama, sampel dapat diletakkan pada es
cair. Pertumbuhan virus varicella-zoster akan memakan waktu 3-14 hari
dan uji ini memiliki tingkat sensitivitas 30-70% dengan spesifitas
mencapai 100%.
Deteksi antigen
Uji antibodi fluoresens langsung lebih sensitif bila dibandingkan
dengan teknik kultur sel. Sel dari ruam atau lesi diambil dengan
menggunakan scapel (semacam pisau) atau jarum kemudian dioleskan pada
kaca dan diwarnai dengan antibodi monoklonal yang terkonjugasi dengan
pewarna fluoresens. Uji ini akan mendeteksi glikoproten virus.
Uji serologi
Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster adalah ELISA.
PCR
PCR digunakan untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di dalam cairan tubuh, contohnya cairan serebrospina.
Pengobatan
Pengobatan herpes zoster terdiri dari tiga hal utama yaitu
pengobatan infeksi virus akut, pengobatan rasa sakit akut yang berkaitan
dengan penyakit tersebut, dan pencegahan terhadap neuralgia
pascaherpes. Penggunaan agen antiviral dalam kurun waktu 72 jam setelah
terbentuk ruam akan mempersingkat durasi terbentuknya ruam dan
meringankan rasa sakit akibat ruam tersebut. Apabila ruam telah pecah,
maka penggunaan antiviral tidak efektif lagi. Contoh beberapa antiviral
yang biasa digunakan untuk perawatan herpes zoster adalah Acyclovir, Famciclovir, dan Valacyclovir.
Untuk meringankan rasa sakit akibat herpes zoster, sering digunakan
kortikosteroid oral (contoh prednisone). Sedangkan untuk mengatasi
neuralgia pascaherpes digunakan analgesik (Topic agents), antidepresan trisiklik, dan antikonvulsan (antikejang). Contoh analgesik yang sering digunakan adalah krim (lotion)
yang mengandung senyawa calamine, kapsaisin, dan xylocaine.
Antidepresan trisiklik dapat aktif mengurangi sakit akibat neuralgia
pascaherpes karena menghambat penyerapan kembali neurotransmiter
serotonin dan norepinefrin. Contoh antidepresan trisiklik yang digunakan
untuk perawatan herpes zoster adalah Amitriptyline, Nortriptyline,
Nortriptyline, dan Nortriptyline. Untuk mengontrol sakit neuropatik,
digunakan antikonvulsan seperti Phenytoin, carbamazepine, dan
gabapentin.
Pencegahan
Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian vaksinasi.
Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik
terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut.
Vaksin herpes zoster dapat berupa virus herpes zoster yang telah
dilemahkan atau komponen selular virus tersebut yang berperan sebagai
antigen.
Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti dapat mencegah
atau mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang
rentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten, serta
imunosupresi.
SUMBER : http://id.wikipedia.org